Minggu, 26 Juli 2009

Gigitlah kupingku dengan cintamu

Pada suatu masa, ada seorang penyair berkata :

Sang pencinta tak kan memberimu batu dan ular.

Benarkah ???? tetapi bagaimana bila yang kupunya hanya ular untuk anakku ???

Tukarkanlah ularmu ke pasar dan belilah roti, sebab anak kota bermanja dengan roti

dan takut dengan ular .

Lalu Apa bedanya roti dan ular yang diberikan atas nama cinta ? Roti tidak bisa menggigit sayangku. Itulah bedanya.

Ketika ibu kucing menggigit leher puteranya dengan mesra, gigi yang sama bakal mencabik-cabikmu yang ingin mengintip anak kucing yang imut .

Ada kalanya seonggok cinta tidak bisa dilihat sebatas gigi, tetapi bagaimana caramu menggigit.

Aowwww, Adowhhhh….
astaga sayang jangan kamu gigit dong kuping abang.
Hmmmm…sori bang … Ihhhh habis kuping abang menggemaskan sih.

Ada penyair terluka. Ada layang-layang putus
Ada duka sebuah hati, ada burung hantu terbang.

Roda kehidupan berjalan, air sungai tetap mengalir ke laut. Membendung alirannya membuat ikan gabus keracunan.

Alam punya hukumnya sendiri. Apa perananmu wahai anak manusia ?

Perananku adalah saat aku diam dan tidak berperan apa-apa.

Rembulan di jendela tetap manis bukan, ada atau diriku tidak ada.

Kubiarkan pohon tumbuh, kubiarkan ikan paus mati.

Sebab aku tidak ada,

sebab laut punya bahasanya sendiri.


0 komentar:







Posting Komentar

Terimakasih telah Berkunjung ....Ditunggu Komentarnya Lho....Silahken Silahken.... ^_^