Selasa, 16 September 2008

Kegagalan Padi Supertoy dan Semangat 45 Presiden SBY

Setelah kehebohan soal Blue Energi yang nasibnya kini belum jelas. Masyarakat diributkan lagi dengan kasus yang mirip yang juga melibatkan istana yaitu kasus kegagalan padi Supertoy di berbagai daerah. SBY yang notabene adalah orang pinter lulusan IPB diserang oleh banyak kalangan yang intinya adalah menyayangkan mengapa presiden kita ini kok kesannya mudah sekali dibodohi oleh sejumlah penelitian yang terbukti ujung2nya mengecewakan. Yang paling parah lagi penelitian dalam bidang pertanian lagi yang notabene adalah salah satu bidang yang cukup dikuasai oleh presiden kita ini.


Apakah presiden SBY bego dalam hal ini ??? Kalo anda tanya saya jawabannya ya ada begonya juga sih. Tetapi mengingat latar belakang Pak Presiden yang sangat tidak terkesan sebagai orang yang kurang pinter, saya pun akhirnya hanya bisa mereka-reka – ada apa sih sebenarnya di kepala SBY ???


Biarpun dalam banyak hal saya agak dongkol dengan kebijaksanaan pemerintah kita pada saat ini. Tetapi entah kenapa pada saat ini saya lagi bersimpati dengan Mister Presiden kita ini. Dan harap dicatat ya : Simpati gua ini gak ada hubungannya sama sekali sama Pilpress 2009. Artinya : Sangat kecil kemungkinan gua milih SBY dalam Pilpress tahun depan. Hik hik.


Saya coba berandai-andai apa sih sebenarnya yang ada di kepala SBY ??


Kalo menurut saya sih gini : Presiden kita ini sebenarnya lumayan baik hati sehingga memberikan kesempatan yang sama kepada semua orang. Dalam arti : SBY telah membuat situasi yang unik dan sesungguhnya baik (baik jika nggak gagal sih. Kalo gagal emang kesannya bisa jadi nggak baik) dimana semua orang bisa memberikan kontribusi yang sama dan dihargai untuk bangsa dan negaranya.


Pada saat ini kalo menurut saya, ada dikotomi antara orang2 pinter produk sekolahan dengan orang2 yang nggak sekolah (tapi pinter juga lho). Lha SBY ini mungkin mau menghilangkan sekat2 jelek itu. Jadi yang boleh riset itu bukan cuma doktor atau professor bentukan sekolah formal tetapi orang2 lapangan yang kaya pengalaman juga diijinkan memberikan konstribusi, gitu lho. Masalah gagal atau berhasil, tentu lain lagi urusannya.


Kalo gagal itu kan karena nafsu besar tenaga kurang. Sudah tahu masih dalam masa riset, promosinya digembar-gemborkan sedemikian hebohnya. Serta biasa karena menjelang pilpress, kasus ini juga memang dipolitisasi oleh lawan2 politiknya sehingga tambah heboh.


Yang namanya riset pertanian itu kan emang gak gampang : Misalnya riset di satu daerah berhasil, belum tentu berhasil juga diterapkan di daerah lain, karena terkait dengan jenis tanahnya, iklimnya, cara penanganannya, adanya pendampingan atau tidak, dsb. Jadi kalo riset belum jelas terus digembar-gemborkan ya emang bego juga sih. Tetapi saya rasa itu bukan kebegoan yang terlalu besar. Saya saat ini malah jadi sedikit kasihan sama penemu padi Supertoy karena kesannya dia malah jadi seorang pendosa. Padahal sudah jauh2 hari Mas Toyong Supriyadi ini mengingatkan kalo padinya masih dalam masa riset sehingga belum tentu berhasil jika diterapkan di tempat lain. Saya sebenarnya juga tentu ngenes sama petani penggarap padi itu sih. Tetapi karena kasusnya sudah diselesaikan dengan lumayan baik dengan ganti rugi. JAdi saya anggap Okelah.


Masalah benih ini memang gampang2 susah ( yang jelas pasti banyak susahnya hik hik). Masalahnya adalah di kita ini kan banyak varietas lokal yang mutunya bagus atau istilah kerennya sebenarnya kaya akan keanekaragaman hayati yang bisa diekplorasi lebih lanjut. Tapi atas nama standarisasi - benih2 seperti itu malah dilarang dipasarkan. Tujuannya sih teorinya untuk menjaga mutu serta melindungi petani secara umum. Tetapi faktanya adalah petani lokal jadi dibatasi dalam memakai bibit lokal.


Dalam arti bibit X yang cocok dipake di daerah X hasil kreasi atau kecerdasan petani lokal tidak boleh dipasarkan termasuk di daerahnya sendiri sebelum mendapat ijin dari menteri pertanian. Hasil akhirnya adalah kreatifitas kelompok petani lokal menjadi diberangus oleh sistem karena mereka cuma boleh memakai bibit yang dibeli - hasil penelitian “orang sono” yang hasilnya belum tentu lebih baik dari bibit lokal yang mereka hasilkan sendiri.


Kalo menurutku sih andai petani dalam wilayah masing2 diijinkan memakai bibit mereka sendiri dan mengembangkan bibit mereka. Saya rasa dalam jangka panjang akan banyak kita dapati bibit-bibit unggul baru. Kalo pun bibit2 itu unggul dalam level lokal, atau hanya cocok untuk daerah tertentu saja, ya no problemkan. Dari sini para ahli sekolahan justru bisa menyambung dan mengelola lebih lanjut bagaimana caranya supaya bibit2 jagoan lokal ini bisa disilangkan sehingga bisa jadi jagoan di daerah2 yang jenisnya lain. Jadi idenya ada kerjasama gitu loh antara kecerdasan dan kearifan lokal dengan kecerdasan intelektual lulusan perguruan tinggi. Bukan malah diadu.


Hik Hik. Rasanya postingaku kali ini serius banget ya. Tadinya aku malah mau membahas zakat di Pasuruan yang menghasilkan korban 21 orang meninggal Itu. Tetapi daripada malah bikin ngenes diri sendiri akhirnya aku pilih topik lain yang biarpun menyedihkan tetapi tidak begitu dramatis kayaknya.


Bagaimana pendapat rekan-rekan ???


SALAM


Link terkait :

http://www.jakartapress.com/news/id/2507/Uang-Ganti-Rugi-Oke-Supertoy-Ogah.jp

http://www.alumni-ipb.or.id/index.php?option=com_content&task=view&id=4050&Itemid=26

http://www.kompas.com/read/xml/2008/09/13/13170436/mabes.polri.supertoy.bukan.kasus.penipuan

http://www.solopos.co.id/zindex_menu.asp?kodehalaman=m01&id=79547

http://www.inilah.com/berita/politik/2008/09/08/48586/sby-tahu-supertoy-masih-ujicoba/




0 komentar:







Posting Komentar

Terimakasih telah Berkunjung ....Ditunggu Komentarnya Lho....Silahken Silahken.... ^_^