Minggu, 11 Mei 2008

Rencana Kenaikan BBM dan Logika BLT dagelan.

Belum lagi pemerintah mengumumkan kenaikan BBM secara resmi, harga-harga barang terutama bahan pangan naik dengan cepat. Harga BBM di tingkat eceran juga sudah naik sekitar 20%. Tadi saya agak terkejut ketika beli bensin di eceran harganya sudah 6000 rupiah per liter. Tentu saja beban yang diterima rakyat Indonesia apalagi rakyat miskin menjadi semakin berat. Herannya : salah satu alasan yang dipakai pemerintah untuk setiap kenaikan BBM adalah demi menegakkan keadilan untuk rakyat miskin. Logika ini tentu aneh sekali : jika memang rakyat miskin diuntungkan, dibuat lebih adil katanya - mengapa mereka pula yang paling keras menolak kenaikan BBM. Jadi tampaknya selain miskin, mungkin rakyat kita ini bodoh-bodoh pula sehingga tidak tahu diri dengan kebaikan hati pemerintah.


Saya pribadi sebenarnya tidak termasuk rakyat yang 'terlalu bodoh' versi isi kepala pemerintah karena saya biarpun jengkel tetapi juga agak maklum kalaupun BBM dinaikkan. Bahwa ada banyak kegagalan pemerintah – memang jelas iya. Tetapi tekanan harga minyak yang benar-benar gila - yang malangnya tidak diantisipasi dengan baik oleh pemerintah kita - mau tidak mau akhirnya menciptakan buah simalakama yang memang sulit dipilih oleh pemerintah dan juga rakyatnya pada saat ini. Jadi kalaupun BBM benar-benar naik, paling saya menghibur diri sendiri : Yo Wis ben, wong memang levele pemerintah yo memang isih sak mono. (Yah biarlah, karena level pemerintah memang cuma segitu).


Tetapi biarpun secara pribadi cukup pasrah, saya merasa heran juga dengan logika-logika yang dipakai oleh pemerintah setiap kenaikan BBM. Kalau mau ngarang alasan mbok ya yang nyambung dan tidak saling bertentangan : Alasan pemerintah pencabutan subsidi untuk memperkuat keuangan negara(APBN) serta rencana pemberian BLT untuk keadilan adalah dua alasan yang menurut saya sebenarnya sama sekali tidak nyambung dan justru berlawanan.


Kalau logikanya untuk keadilan masyarakat agar subsidi BBM hanya sampai untuk orang miskin saja, sementara orang kaya tidak menerima subsidi - maka langkah tersebut tentu tidak ada kaitannya dengan dampak kenaikan harga minyak dunia. Sedangkan alasan kedua pemerintah bahwa kenaikan harga minyak dunia mengancam keseimbangan keuangan negara jelas menjadi tidak nyambung bila solusinya uang hasil pencabutan subsidi tersebut malah dibagi-bagikan kepada rakyat. Karena toh bila itu dilakukan berarti pemerintah masih mensubsidi juga - cuma pihak yang disubsidi saja yang jadi berbeda. Kepada pemerintah Indonesia yang sangat saya cintai, biarpun saya maklum dengan kesulitan anda - ya tolong pandailah sedikit, dalam mengarang alasan-alasan anda. :(


Banyak pihak terutama dari fraksi-fraksi yang tidak sejalan dengan pemerintah – mengatakan bahwa BLT jangan dijadikan semacam hadiah – dipolitisir untuk kepentingan pemilu 2009. Saya pribadi justru berpendapat bahwa pernyataan-pertanyaan semacam itulah yang berbau politisasi. (SBY, tenang saja - kali ini saya mendukung anda ^_^- ). Secara logis menurut saya kenaikan BBM apapun kompensasinya jelas tidak menguntungkan untuk pemerintah SBY – JK. Pendukung kenaikan BBM tetap akan jauh lebih sedikit dari pada penentang kenaikan BBM. Dan jeleknya lagi : dukungan terhadap kenaikan BBM juga tidak selalu punya korelasi terhadap dukungan untuk SBY saat Pemilu nanti.


Pada saat ini rencana kenaikan BBM cenderung didukung oleh kelompok orang kaya (setidaknya mapan) karena hanya mereka yang menyempatkan diri memikirkan soal keuangan negara dan iklim investasi. Sedangkan rakyat kebanyakan tentu tidak merasa perlu memikirkan itu. Sekelompok orang kaya tersebut, biarpun mereka mendukung SBY untuk kenaikan BBM – tidak mesti berarti mereka akan mendukung SBY dalam pemilu - karena mereka sifatnya kritis, mudah berubah dan kadang cenderung melakukan sesuatu yang sesuai dengan kepentingan kelompok mereka.


Kalau BBM nantinya jadi dinaikkan dan BLT 100 ribu rupiah jadi dibagikan, mungkin saja SBY juga akan sedikit mendapat tambahan dukungan dari para penerima BLT tersebut. Syaratnya bila distribusinya bisa berjalan dengan baik dan tidak menyengsarakan mereka. Kalau distribusinya tetap amburadul dan banyak salah sasaran seperti sebelumnya - maka akan timbul kecemburuan yang justru akan semakin menurunkan popularitas SBY.


Kenaikan BBM yang sudah dikompensasi dengan BLT, anggaplah skenario pemerintah bisa berjalan dengan baik sehingga kaum paling miskin tidak terkena dampak tersebut (karena sudah dikompensasi) – tetapi harus kita lihat : kaum yang sedikit di atas mereka, tentu pasti tetap akan merasakan dampaknya.


Kita boleh saja berasumsi : Kaum yang paling miskin tidak terkena dampak kenaikan BBM karena tercover oleh BLT, tetapi kaum yang tadinya belum termasuk miskin sehingga tidak menerima BLT, kini mereka mau tidak mau turun strata menjadi miskin - karena harga semua barang meningkat dan pendapatan mereka tetap. Jadi mau diotak-atik pakai alasan model apapun, pakai kompensasi apapun - saya rasa secara logis kenaikan BBM pasti akan meningkatkan jumlah orang miskin di Indonesia. Kalaupun yang termiskin tidak tambah miskin, pasti akan muncul jutaan orang miskin baru dari strata-strata di atasnya.


Logika bahwa orang yang paling miskin bisa jadi sedikit lebih kaya (naik derajatnya) karena disumbang BLT adalah logika berbahaya – karena kalaupun dari perhitungan teknis dianggap dilogis-logiskan – jelas 'peningkatan kesejahteraan' mereka tidak memiliki dasar yang kuat – karena lagi-lagi asalnya justru dari subsidi pemerintah.


Rencana kenaikan BBM meskipun sudah dikompensasi dengan BLT jelas memiliki resiko sangat tinggi - baik dari sisi keamanan negara serta juga dari sisi hancurnya popularitas SBY. Jadi mengaitkan kenaikan BBM dan rencana BLT dengan strategi SBY untuk pemenangan Pemilu 2009, menurut saya secara logis sangat tidak masuk akal. Kalau SBY-JK ingin aman sampai 2009, tidak menaikkan BBM saya rasa jelas lebih kecil resikonya. Apalagi SBY pernah berjanji tidak akan menaikkan BBM lagi.


Janji itu hutang lho Mr Presiden, masak presiden punya utang sama rakyatnya kok malah mau ngemplang. :). Kalau pemerintah minta penundaan pembayaran utang ke negara lain saja malu-malu kucing - ya sebaiknya juga jangan ngemplang utang dari rakyat sendiri. Sabda Pandhita Ratu, Pak Presiden. Rakyat percaya dengan janji pemimpinnya.

Ngono yo ngono ning ojo ngono.

Salam. Tuhan memberkati. .




0 komentar:







Posting Komentar

Terimakasih telah Berkunjung ....Ditunggu Komentarnya Lho....Silahken Silahken.... ^_^